MENCINTAI ANAK KECIL  

Diposting oleh DEDDY TRIANTO


Telah dicontohkan begitu indah, bagaimana Rassulullah mencintai Allah, mencintai sesama manusia, bahkan musuh sekalipun..Subhanallah, begitu lembut dan penuh kasih sayang, hatinya seluas samudera yang hanya bisa diisi dengan cinta, toleransi, maaf, dan kasih sayang..tak ada setitikpun ruang di hatinya yang dimuatkan oleh kebencian dan kedengkian..sungguh akhlaq yang sangat mulia..suri tauladan kita semua

Dikisahkan dalam suatu peperangan yang terjadi antara kaum muslimin dengan kaum kafir, ada beberapa anak kecil dari kaum kafir yang menjadi korban. Setelah Rasul mendengar berita itu, beliau sedih sekali..hal inipun mengundang pertanyaan para sahabatnya, “Apa yang membuatmu sedih, wahai Rasulullah? Mereka hanyalah anak-anak kecil dari golongan kaum kafir”

Mendengar pertanyaan tersebut Rasulullah marah dan berkata, “Mereka lebih baik dari kalian! Mereka masih berada dalam fitrahnya. Janganlah kalian sekali-kali membunuh anak kecil! Jangan sampai sekalipun membunuh anak kecil” (al-Hadist).
Bayangkan, sungguh malang nasib anak-anak dari kaum kafir. Mereka dipaksa untuk bergabung dalam barisan tentara. Mereka diberi pedang dan tameng, busur dan panah, dan alat persenjataan lainnya. Mereka dipaksa membunuh, menyerang, melukai, dan menebas..dipaksa keluar ke medan perang dengan segala keluguan yang dimilikinya..Kaum kafir seakan tak peduli apakah yang dihadapinya anak kecil atau orang lemah, wanita atau orang yang tua renta. Mereka tidak peduli, siapa yang ikut dan tidak ikut perang.

Tangan kaum kafir sudah berlumuran darah kaum muslimin. Namun demikian, Rasulullah dengan hatinya yang sangat pemurah meminta sahabat-sahabatnya untuk tidak membunuh anak kecil dari kaum kafir, walau mereka berniat membunuh kaum muslimin, meski hal itu dilakukan untuk membela diri atau membela agama.

Rasulullah mencintai semua orang. Namun cintanya kepada anak-anak melebihi apa yang bisa dibayangkan. Wajahnya selalu penuh dengan kegembiraan di saat beliau melihat sosok anak-anak. Sudah menjadi kebiasaannya untuk selalu memeluk anak-anak dan bercanda dengan mereka. Beliau selalu ikut serta dengan kegembiraan anak-anak..subhanallah..sungguh cinta yang luar biasa…

Dikisahkan dari Jabir bin Samurah, bahwa di tengah perjalanannya Rasulullah melihat sebagian anak-anak sedang berlomba lari. Beliau menghentikan langkahnya untuk bisa berbincang dengan mereka dan ikut serta dalam permainan mereka. Beliau pun ikut berlari dan berlomba bersama mereka. Di lain waktu, di saat beliau sedang menaiki untanya dan melihat seorang anak berjalan kaki, beliau akan menghentikan untanya dan turun untuk menemui anak tersebut dan memeluknya dengan penuh kasih kemudian mengajaknya naik unta. Sang anak pun perasa amat gembira..

Coba renungkan..apa yang dilakukan Rasulullah dengan cinta di hatinya.. Beliau adalah manusia terbaik dan termulia. Namun demikian, beliau mampu menanggalkan semua atribut itu dan turun dari pelana untuknya untuk membahagiakan anak kecil. Mereka yang memiliki hati yang bebas dan bersih, kekasih Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah tidak segan untuk ikut bermain bersama anak-anak atau mengajak mereka ikut serta menumpang di atas untanya. Beliau pun tidak segan untuk menanyakan kebutuhan mereka dan memenuhinya serta bercanda ria bersama mereka.

Usamah bin Zaid, seorang budak yang dibebaskan Rassulullah dan diberi kasih sayang oleh beliau sekaligus diangkat sebgai anak angkat rasul mengatakan, “Di saat aku masih kecil, Raulullah mengangkatku ke salah satu pahanya dan mendudukkan Hasan di pahanya yang lain. Lalu beliau memeluk kami berdua seraya berkata :

“Ya Allah, sayangi keduanya! Sesungguhnya aku menyayangi keduanya” (al-hadist)

Begitu senangnya Rasul kepada anak-anak. Beliau rela membiarkan cucunya menaiki pundaknya saat beliau sedang melakukan shalat, ketika beliau sedang dalam posisi ruku’ dan sujud. Beliaupun memperlama sujudnya saat sang cucu berada di pundaknya agar sang cucu tidak segera turun dan agar tidak merusak kebahagiaan dan kegembiraan sang cucu.

Aisyah r.a mengungkapkan bahwa sebagian orang arab heran melihat Rasulullah memeluk dan menciumi anak-anak kecil. Mereka lalu mengatakan kepada rasul, “Kami tidak pernah menciumi naka-anak kami”

Salah seorang dari mereka, Aqra’ bin Habis mengungkapkan, “Aku memiliki sepuluh anak, namun aku tidak pernah menciumi satu pun dari mereka”

Rasulullah merespons ucapannya dengan berkata, “Apakah Allah telah mengangkat kasih sayang dari hati kalian?” Raulullah seolah mengkritisi kekerasan hati mereka dan mengatakan, “Kasih sayang tidak akan pernah terangkat kecuali dari orang-orang yang sesat” (al-hadist)

Di kala seorang cucunya meninggal dan Rasulullah mendapat kabar tersebut, dengan segera beliau beranjak menuju rumah putrinya untuk melihat jenazah sang cucu terakhir kalinya dan mengucapkan selamat tinggal sebelum akhirnya jenazah tsb dikubur. Ketika Rasulullah menyaksikan jenazah tsb bergetar dirinya dan deraslah air matanya.

Para sahabat heran melihat reaksinya dan seorang dari mereka yaitu Sa’ad bin Ubadah, berkata kepadanya, “Ya Rasulullah, apa yang engkau lakukan?”

Rasulullah menjawab, “Inilah rahmat yang Allah tanamkan dalam hati para hamba-Nya. Sesungguhnya Allah mengasihi hamba-Nya yang penuh kasih sayang” (al-hadist)

Rahmat dan kasih sayang adalah indikator dari adanya cinta. Bahkan ia adalah indikator utama dari cinta itu sendiri. Hati yang penuh cinta akan selalu mudah mengasihi dan menyayangi, sedangkan hati yang penuh kebencian hanya akan memahami kekerasan. Hati Muhammad, Nabi yang penuh cinta, sangat jauh dari gambaran kekerasan. Yang terpancar darinya hanyalah kasih sayang dan kemurahan hati.

Dikisahkan suatu ketika Rasul menjadi imam shalat di masjid. Beliau membacakan ayat Al-Quran yang cukup panjang. Ruhnya berhadapan langsung dengan Penciptanya dan kebahagiaan menghiasi dirinya karena ia sedang “bercumbu” dengan Kekasihnya. Tiba-tiba terdengarlah teriakan anak kecil menangis memanggil ibunya yang sedang shalat di belakangnya. Hatinya yang penuh kasih tidak bisa membiarkan tangis anak tersebut. Lalu, beliau mengorbankan kesenangannya bermunajat dengan Sang Maha Pemurah dengan meringkaskan shalatnya. Dengan harapan, agar sang ibu bisa segera menemui anaknya dan sang anak kembali dapat merasakan kebahagiaan bersama ibunya. Rasulullah mengorbankan kegembiraannya berkomunikasi dengan Kekasihnya agar seorang anak kecil dapat kembali ke pelukan ibunya yang disayanginya.

This entry was posted on Selasa, September 08, 2009 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar