Aksi teroris di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton menoreh luka berat
di hati umat Islam karena terbukti para pelakunya adalah para aktivis
masjid, lulusan pesantren, dan juru dakwah. Bahkan, di masyarakat, mereka
dikenal sopan santun, lemah lembut, pendiam, dan tidak banyak tingkah.
Sayangnya, ternyata mereka adalah orang yang sadis dan yang tidak mengenal
perikemanusiaan karena membunuh manusia dengan bom bunuh diri. Hal ini
benar-benar mencoreng nama baik umat dan merusak indahnya syariat Islam.
Bagaimana masyarakat awam yang membenci Islam tidak berkomentar miring
terhadap Islam karena memang pelakunya umat Islam? Sementara itu,
tokoh-tokoh agama bukannya sedih menyaksikan aksi pelecehan terhadap
syariat malah saling lempar tuduhan sehingga membuat kalangan awam makin
bingung, mereka harus bagaimana: bergabung dengan aktivis masjid takut
terjaring teroris, sementara dalam lubuk hatinya tahu bahwa mereka harus
mendalami Islam karena memang fitrah manusia. Maka, semua pihak harus
bersikap bijak menghadapi soal terorisme agar tidak menimbulkan kontroversi
dan menuduh pihak-pihak yang belum terbukti bersalah.
Berikut beberapa faktor yang bisa memicu aksi terorisme dan gerakan
radikal. Pertama adalah kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan pengangguran
yang membuat potensi para pemuda tidak tersalurkan. Kesempatan itu tidak
disia-siakan oleh kalangan yang tidak bertanggung jawab, apalagi para
pemuda yang semangatnya sedang bergejolak didekati dengan cara halus.
Mereka pun direkrut karena mereka membutuhkan komunitas yang bisa
menyalurkan aspirasinya. Apalagi bila otak mereka dicuci bahwa yang
menyebabkan mereka miskin adalah orang-orang kafir Barat. Maka, siapa yang
tidak terbakar apalagi ditanamkan kalau bisa membunuh orang kafir Barat
akan berbalas surga yang di dalamnya terdapat bidadari-bidadari cantik yang
siap menyambutnya. Pemuda mana yang tidak tergiur meskipun harus mati
dengan bom bunuh diri.
Kedua adalah aksi terorisme sebagai reaksi anak-anak bangsa yang tidak puas
melihat kemaksiatan mengepungnya, kemungkaran melilit roda kehidupan,
ketimpangan sosial menggurita, korupsi merajalela, prostitusi terbuka
lebar, dan pelanggaran agama makin menggeliat. Sayangnya, aksi mereka tidak
didukung dengan ilmu agama yang memadai dan pemahaman yang lurus di bawah
bimbingan ulama yang tepercaya ilmunya. Mereka pun mengambil jalan pintas
dengan aksi terorisme.
Ketiga adalah aksi terorisme muncul akibat kesalahan mereka dalam menimba
ilmu Islam dan mengambil pemahaman Islam dari orang-orang yang belum diakui
kapasitas keilmuan dan keagamaannya. Bukan hanya salah teori, namun juga
salah aplikasi. Suatu contoh doktrin jihad bila mereka belajar dari bukan
para ulama dan buku-buku yang menyimpang, muncullah anggapan bahwa semua
aksi pembunuhan terhadap orang kafir adalah jihad meskipun di zona damai
dan tidak sedang perang. Padahal, dalam pandangan fikih Islam, kafir yang
boleh dibunuh hanyalah kafir yang sedang terjun di medan perang.
Keempat adalah kurangnya pemahaman terhadap kaidah maslahat dan mafsadah
serta hakikat keindahan Islam yang diturunkan untuk menjaga lima pokok
kebutuhan hidup manusia yang amat mendasar dan mengharamkan siapa pun
merusaknya, yaitu agama, jiwa, harta, kehormatan, dan akal. Maka, siapa
yang menodai salah satu di antara lima perkara tersebut akan merusak
tatanan kehidupan dan menodai inti ajaran Islam sehingga tidak ada
perselisihan di antara para ulama tentang haramnya melenyapkan nyawa orang
yang terlindungi, baik nyawa Muslim maupun non-Muslim, kecuali ada alasan
untuk membunuhnya, seperti qisas, rajam, atau peperangan.
Kelima, kondisi keamanan dan politik yang tidak stabil banyak dimanfaatkan
oleh kelompok terorisme untuk melancarkan aksinya. Bahkan, negara yang
kerap timbul konflik politik menjadi sarang paling subur, apalagi bila ada
campur tangan pihak asing yang memanfaatkan situasi goncang sehingga orang
yang miskin iman dan lemah ekonomi sangat mudah diperalat untuk melancarkan
target mereka.
Wahabi
Tersebar isu bahwa aksi teroris dikaitkan dengan kelompok Islam tertentu
yang mereka sebut dengan kelompok Wahabi. Pengkaitan aksi terorisme dengan
kelompok Wahabi merupakan bola api liar yang sangat berbahaya dan bisa
mengenai siapa saja yang memperjuangkan pemurnian Islam. Sehingga, saling
lempar tuduhan, bahkan ada yang menyatakan bahwa kelompok teroris adalah
mereka yang suka membid'ahkan kelompok lain. Maka, hal ini bisa mengenai
organisasi Muhamadiyah, Al-Irsyad, Persis, atau kelompok mana saja yang
memperjuangkan kemurnian ajaran Islam.
Sebenarnya, Wahabi merupakan firqah , sempalan Ibadhiyah Khawarij yang
timbul pada abad kedua Hijriyah, yaitu sebutan Wahabi nisbat kepada tokoh
sentralnya Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum yang wafat tahun 211 H.
Wahabi merupakan kelompok yang sangat ekstrem kepada ahli sunah serta
sangat membenci Syiah dan sangat jauh dari Islam.
Untuk menciptakan permusuhan di tengah umat Islam, kaum imperialisme dan
kaum munafikun memancing di air keruh dengan menyematkan baju lama (
wahabi ) dengan berbagai atribut penyimpangan dan kesesatannya untuk
menghantam dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau setiap dakwah mana
saja yang mengajak memurnikan Islam. Karena dakwah beliau sanggup
merontokkan kebatilan, menghancurkan angan-angan kaum durjana, dan
melumatkan tahta agen-agen asing, dakwah beliau dianggap sebagai penghalang
yang mengancam eksistensi mereka di negeri-negeri Islam.
Contohnya, Inggris menggulirkan isu Wahabi di India, Prancis menggulirkan
isu Wahabi di Afrika Utara, bahkan Mesir menuduh semua kelompok yang
menegakkan dakwah tauhid dengan sebutan Wahabi, Italia juga mengipaskan
tuduhan Wahabi di Libia, dan Belanda di Indonesia. Bahkan, Belanda menuduh
Imam Bonjol yang mengobarkan Perang Padri sebagai kelompok yang beraliran
Wahabi. Semua itu dilakukan karena mereka sangat ketakutan terhadap
pengaruh murid-murid Syaikh Muhammad yang mengobarkan jihad melawan
imperialisme di masing-masing negeri Islam. Tuduhan buruk yang mereka
lancarkan kepada dakwah beliau hanya didasari tiga faktor seperti berikut.
1. Tuduhan itu berasal dari para tokoh agama yang memutarbalikkan
kebenaran. Yang hak dikatakan batil dan sebaliknya. Keyakinan mereka adalah
mendirikan bangunan dan masjid di atas kuburan serta berdoa dan meminta
bantuan kepada mayat termasuk bagian dari ajaran Islam. Dan, barang siapa
yang mengingkarinya dianggap membenci orang-orang saleh dan para wali.
2. Mereka berasal dari kalangan ilmuwan, namun tidak mengetahui secara
benar tentang Syaikh Muhammad dan dakwahnya. Bahkan, mereka hanya mendengar
bahwa beliau dari pihak yang sentimen dan tidak senang Islam kembali jaya
sehingga mereka mencela beliau dan dakwahnya. Karena itu, disebut Wahabi.
3. Ada sebagian dari mereka takut kehilangan posisi dan popularitas karena
dakwah tauhid masuk wilayah mereka, yang akhirnya menumbangkan proyek
raksasa yang mereka bangun siang malam.
Tulisan Ustadz Zaenal Abidin di Republika....
http://www.republika.co.id/koran/24/71596/Wahabisme_dan_Terorisme
Selasa, 25 Agustus 2009 pukul 01:50:00
Wahabisme dan Terorisme
Oleh: Abu Ahmad Zaenal Abidin
(Penulis Buku)
This entry was posted
on Kamis, Agustus 27, 2009
and is filed under
FATWA ULAMA
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
0 komentar